Selasa, 14 April 2020

Penggunaan Kata/Kalimat pada Fabel

Gadis Rantau
Selain dari segi struktur, fabel juga memiliki karakteristik bahasa yang unik, yaitu penggunaan bahasa sehari-hari yang bersifat imajinatif atau khayalan.Bahasa sebagai alat, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Salah satu fungsi bahasa adalah fungsi imajinatif. Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita·cerita, dongeng-dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat. Berikut disajikan ciri kebahasaan fabel.

1. Pilihan Kata atau Diksi pada Fabel
Menunjukkan latar dengan pilihan kata yang mudah diimajinasikan Untuk menunjukkan latar, baik latar suasana, latar waktu, maupun latar tempat diperlukan diksi yang tepat. Pemilihan diksi yang tepat dapat memudahkan pembaca mengimajinasikan latar. Berikut contoh diksi untuk menunjukkan latar. Buatlah seperti contoh pada tabel yang belum terisi!
Latar SuasanaLatar TempatLatar Waktu
Hangat sinar matahari menyentuh kulit burung hantu digunakan untuk mendeskripsikan suasana pagiTelaga tiga warna bak
pelangi
Kala itu, pada zaman dahulu
Sinar matahari memecut kulit meninggalkan warna kemerahan digunakan untuk suasana siangDi tengah hutan, di hutan belantaraDi siang hari yang terik, di malam yang syahdu, dll

2. Penggunaan Sinonim dan Antonim pada Fabel
Fabel menggunakan variasi kata untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sifat. Baik sifat tokoh maupun sifat benda dan keadaan. Meskipun memiliki arti yang sama, akan tetapi diksi atau pilihan kata yang tepat untuk mendeskripsikan sifat tokoh dapat mempengaruhi nilai rasa pada pembaca!
Kata sifat
Efek emosi lemahEfek emosi kuatEfek emosi lemahEfek emosi kuat
senangriang gembiratidak teraturberantakan
cekatantrengginas, mahirsedihmerana
rajinsungguh-sungguhcerobohgegabah, asal-asalan
sombongangkuh, pongahbaik budiberadab
hematsaksamaberhati muliatulus
jujurlurus hatipedulimengindahkan
malasberat tangansuka mengalahbertekuk lutut
pendendamdengkisabarkepala dingin
tinggi hatiangkuh, sombongrendah hatibersahaja
dermawankaya hatibersahajalugas, naif
tekungigih, kers haticerdasarif, bijaksana
licikculas, lancungserakahtamak, loba
jahilisengkikirbakhil,

3. Menelaah Penggunaan Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan secara langsung kepada orang yang dituju. Kalimat langsung ditandai dengan pemakaian tanda petik (“ ... “). Ciri-ciri kalimat langsung antara lain :
  1. Menggunakan tanda petik
  2. Intonasi tinggi untuk tanda tanya, datar untuk kalimat berita, dan tanda seru dilagukan dengan intonasi perintah,
  3. Kata ganti orang pertama dan orang kedua.

Pengertian dan Ciri Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk kalimat berita. Ciri-ciri kalimat tidak langsung antara lain :
  1. Tidak menggunakan tanda petik,
  2. Intonasi membacanya datar,
  3. Terdapat perubahan kata ganti orang.

Perubahan kata ganti
  1. Kata ganti orang ke-1 berubah menjadi orang ke-3. “Saya”, “aku” menjadi “dia” atau “ia”
  2. Kata ganti orang ke-2 berubah menjadi orang ke-1. “kamu” “Dia” menjadi “saya”atau nama orang
  3. Kata ganti orang ke-2 dan ke-1 jamak berubah menjadi ”kami”, “kita” dan “mereka” “kalian” “kami” menjadi “ “mereka” “kami”

Cara Penulisan Kalimat Langsung
  1. Bagian kalimat langsung diapit oleh tanda petik dua (“) bukan petik satu (‘).
  2. Tanda petik penutup ditaruh setelah tanda baca yang mengakhiri kalimat petikan. Contoh: Andi mengatakan, “Aku akan pergi ke sekolah besok.” (Benar). Andi mengatakan, “Aku akan pergi ke sekolah besok”. (Salah)
  3. Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bagian kalimat pengiring terletak sebelum kalimat petikan. Contoh: Ulu berkata, “ Biarlah saya bernyayi sendiri.”
  4. Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bagian kalimat pengiring terletak setelah kalimat petikan. “Ulu, aku tidak suka dengan hujan,” kata Semut lirih.
  5. Jika ada 2 kalimat petikan, huruf awal pada kalimat petikan pertama menggunakan huruf kapital. Sedangkan pada kalimat petikan kedua menggunakan huruf kecil kecuali nama orang dan kata sapaan. Contoh “Coba saja minta sama ayah,” kata ibu, “dia pasti akan memberikannya.”
  6. Tanda koma TIDAK dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
4. Penulisan Kata Seru
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. contoh
  1. O, begitu?
  2. Wah, bukan main!
  3. Hati-hati, ya, nanti jatuh.

Kata yang Digunakan
Kelompokkan kata sambung dan kata depan yang banyak digunakan pada awal cerita, urutan kejadian berikutnya, akhir cerita.

Hubungan Waktu
  1. Hubungan waktu yang menyatakan permulaan digunakan kata sejak, semenjak, dan sedari.
  2. Untuk menyatakan hubungan waktu bersamaan digunakan kata waktu, sewaktu, tatkala, seraya, serta, selagi, sementara, selama, sambil, dan ketika.
  3. Untuk menyatakan hubungan waktu berurutan digunakan kata sebelum, setelah, sesudah, seusai, begitu, sehabis.
  4. Untuk menyatakan hubungan waktu batas akhir digunakan kata hingga , akhirnya, dan sampai.
  5. Konjungsi urutan adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa.
Penulisan
Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata (di antaranya kata penghubung intrakalimat) yang didahului tanda koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
..., padahal ...
..., sedangkan ...
..., seperti ...
..., tetapi ...
..., yaitu/yakni ...

Di bawah ini TIDAK perlu didahului koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
... bahwa ...
... karena ...
... maka ...
... sehingga ...

Perhatikan ragam kalimat langsung pada fabel berikut! Diskusikan ketepatan penulisannya. Kelompokkan kalimat langsung yang terdapat pada fabel Burung Kasuari yang Sombong dan Harusnya berbagi dengan mengisi tabel berikut!
Kalimat langsung
dengan kalimat
pengiring sebelum
petikan
Kalimat langsung
dengan kalimat
pengiring setelah
petikan
Kalimat langsung
dengan kalimat
pengiring di tengah
petikan
Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu?” Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan.“Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak
berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa?
Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu
menjulurkan kakinya,“dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.”
Melihat Burung Glatik dan anak-anaknya seperti itu, membuat Burung Dara sangat marah, "Kasuari, sudah sangat keterlaluan,’’ Ujar Burung Dara marah."Kasuari, tolong turunlah dari pohon itu sebentar saja. Kami akan mengambil buah-buahan. Namun, terhalang oleh sayapmu yang besar itu.’’ Ujar Burung Jalak."Sekarang, aku yang akan mematahkan sayapmu.’’Dengan sekuat tenaga Burung Dara pun mematahkan kedua sayap Kasuari yang besar itu. Setelah itu, ia pun terbang dan perputar mengitari kepala Kasuari,"Ternyata, sayapmu sangat lemah. Sekarang, sayapmu sudah patah. Kau tidak dapat terbang lagi. Bahkan untuk menyombongkan dirimu pun sekarang tidak bisa.’’ Ujar Burung Dara senang.
 fabel juga memiliki karakteristik bahasa yang unik Penggunaan Kata/Kalimat pada Fabel
Tulislah B jika penulisan kalimat langsung benar dan S penulisan kalimat langsung salah! Tulislah alasanmu yang sesuai pada baris berikutnya!
  1. “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut. (BENAR ). Alasan : Kalimat langsung dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan akhir kalimat langsung.
  2. Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang didalam kolam. ( SALAH ) Alasan : Kalimat langsung dengan kalimat pengiring sebelum petikan tidak lengkap. Hanya pada awal kalimat langsung, tetapi tidak ada pada akhir kalimat langsung.
  3. “Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap kearah dua kakinya. (BENAR ). Alasan : Kalimat langsung dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan akhir kalimat langsung.
  4. “Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! “ kata Semut ( BENAR ). Alasan : Kalimat langsung dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan akhir kalimat langsung
  5. “Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang “ kata Ulu. ( SALAH). Alasan : Kalimat langsung dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan akhir kalimat langsung, tetapi kurang tanda koma sebagai akhir dari kalimat langsung di atas yang berupa pernyataan.
  6. masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “ dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut. ( SALAH ). Alasan : Kalimat langsung dengan kalimat pengiring di tengah petikan tidak lengkap, karena pada awal kalimat langsung tidak ada tanda petik pembuka kalimat langsung dan tidak menggunakan huruf kapital.

5. Penggunaan kata sandang si dan sang pada fabel
Selain itu, dalam fabel juga sering menggunakan kata sandang si dan sang. Kata sandang merupakan sejenis kata penentu atau pembatas yang letaknya di depan kata benda atau kata sifat. Kata sandang tidak mempunyai makna tersendiri.

Makna atau arti kata sandang bergabung dengan kata yang berada di belakangnya. Kata sandang yang masih dipakai dalam Bahasa Indonesia, misalnya: si dan sang. Walaupun kata sandang tidak mempunyai arti dan tidak dapat berdiri sendiri, kata sandang memiliki fungsi penting menentukan makna dalam kalimat.

Kaidah penulisan si dan sang terpisah dengan kata yang diikutinya. Kata si dan sang ditulis dengan huruf kecil, bukan huruf kapital. Perhatikan contoh penggunaan dalam kalimat-kalimat tersebut. Bedakan dengan contoh berikut ini.
  1. “Bagaimana caranya agar si kecil rajin belajar?” tanya ibu.
  2. Kedua orang itu, si Kecil dan si Kancil, adalah pembantu di pasar.

Kata kecil pada kalimat 1) ditulis dengan huruf kecil karena bukan merupakan nama. Pada kalimat 2) Kecil ditulis dengan huruf kapital karena dimaksudkan sebagai panggilan atau nama julukan. Pada fabel nama binatang biasanya digunakan sebagai nama tokoh sehingga ditulis dengan huruf besar.

6. Penggunaan Kata Depan pada Fabel
Dalam teks cerita fabel biasanya juga digunakan kata keterangan tempat dan kata keterangan waktu dirangkai dengan kata depan. Penulisan kata depan dipisah dengan kata yang mengikutinya. Contoh penggunaan kata depan yang sesuai dengan kaidah.

Latihan
Tulislah B penulisan tepat dan tulislah S jika salah
  1. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. (B)
  2. Namun tidak seperti biasanya yang tenang, saat ini pasukan Semut Merah telah bersiap siaga pada posisi mereka masing-masing. (S) seharusnya di.
  3. Ketika Gajah memasuki areal perkampungan Semut Merah, dengan cepat dan sigap para pasukan Semut Merah yang telah bersiap dari posisinya langsung menyerang Gajah. (S) seharusnya di (kata depan "di" adalah penanda hubungan tempat, sedangkan "pada" adalah penanda hubungan waktu).
  4. Suara jeritan sang gajah terdengar ke seluruh penjuru hutan dan mengganggu aktivitas hewan-hewan lain yang tinggal di hutan. (B)
  5. Pada keesokkan harinya Gajah datang lagi dan seperti biasa ia akan melewati rumah-rumah semut merah. (B)